Awalan berita – Dalam Sidang Tahunan MPR RI yang diadakan di Gedung DPR/MPR, Ketua MPR RI, menekankan perlunya perubahan signifikan dalam kebijakan pangan nasional. Ia mengungkapkan kekhawatirannya mengenai ketergantungan Indonesia pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan. Menurut Bamsoet, ke depan pemerintah perlu lebih fokus pada penciptaan kedaulatan pangan ketimbang hanya sekadar ketahanan pangan yang saat ini masih bergantung pada pasokan dari luar negeri.
Pernyataan ini menunjukkan urgensi dari permasalahan pangan yang sedang dihadapi Indonesia. Bamsoet menilai bahwa hanya dengan memastikan kedaulatan pangan—yakni kemampuan untuk memproduksi pangan secara mandiri tanpa bergantung pada impor—Indonesia bisa mengatasi potensi krisis pangan yang mungkin timbul di masa depan.
“Baca juga: Pengusaha Kelontong akan Terdampak oleh Aturan Baru”
Menanggapi pandangan Bamsoet, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, memberikan penjelasan Kebijakan Pangan yang sedang diambil oleh pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan. Dalam pernyataannya setelah Sidang Tahunan MPR RI, Arief mengungkapkan bahwa pemerintah tengah berupaya keras dalam mempersiapkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang saat ini sudah mencapai lebih dari 1,4 juta ton. CPP ini merupakan salah satu upaya strategis pemerintah dalam menjaga kestabilan pasokan pangan nasional.
Arief juga menambahkan bahwa peningkatan produksi pangan dalam negeri merupakan prioritas utama. Untuk itu, pemerintah telah mengambil berbagai langkah seperti meningkatkan produksi beras yang diproyeksikan mencapai 2,9 juta ton pada bulan depan. Selain itu, pemerintah juga fokus pada pemanfaatan teknologi dan input yang berkualitas, seperti pompanisasi yang lebih efisien dan penggunaan pupuk yang lebih baik.
“Kita sama-sama mempersiapkan Cadangan Pangan Pemerintah di atas 1,4 juta ton dan meningkatkan produksi dalam negeri. Pak Mentan juga tengah berupaya keras untuk meningkatkan hasil produksi dalam negeri. Upaya-upaya ini termasuk pompanisasi yang lebih baik dan penggunaan pupuk yang berkualitas,” ujar Arief.
Bamsoet juga menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi sektor pertanian, yang merupakan fondasi ketahanan pangan Indonesia. Beberapa masalah utama yang diidentifikasi termasuk penyempitan lahan pertanian, stagnasi produksi, serta meningkatnya frekuensi serangan hama dan penyakit tumbuhan. Selain itu, biaya produksi yang semakin mahal dan ancaman perubahan iklim juga turut memperburuk situasi.
“Simak juga: Kementerian Perindustrian Indonesia Membuka Kelas Industri Baja”
Pernyataan Bamsoet dalam Sidang Tahunan menggarisbawahi bahwa sektor pertanian Indonesia sedang menghadapi tekanan besar yang mempengaruhi kapasitas produksi pangan. Oleh karena itu, solusi jangka panjang diperlukan untuk memastikan bahwa sektor pertanian bisa berfungsi secara optimal dan mampu memenuhi kebutuhan pangan domestik tanpa bergantung pada impor.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, Bamsoet menegaskan perlunya strategi besar untuk mencapai kedaulatan pangan. Ia mengajak pemerintah dan semua pihak terkait untuk lebih fokus pada pengembangan. Kapasitas produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada bahan pangan impor.
“Untuk menghindari risiko krisis pangan di masa yang akan datang, kita perlu menyiapkan strategi besar untuk menciptakan kedaulatan pangan Indonesia. Bukan sekadar ketahanan pangan yang acapkali mengandalkan impor bahan-bahan pangan dari luar negeri,” jelas Bamsoet.
Kesimpulannya, isu kedaulatan pangan menjadi topik utama yang mendesak untuk ditangani. Baik Bamsoet maupun Arief Prasetyo Adi sepakat bahwa langkah-langkah strategis. Harus diambil untuk memastikan Indonesia tidak hanya bergantung pada impor tetapi mampu memproduksi pangan secara mandiri. Inisiatif pemerintah dan dukungan dari berbagai pihak menjadi kunci dalam mewujudkan kedaulatan pangan yang berkelanjutan di masa depan.