Awalan berita – Elon Musk, pendiri SpaceX, dengan tegas membantah tuduhan bahwa layanan internet satelitnya, Starlink, menjadi penyebab kecanduan pornografi di kalangan suku terpencil di Amazon. Kontroversi ini mencuat setelah artikel dari jurnalis Jack Nicas yang diterbitkan oleh New York Times memicu perdebatan global.
Dalam responsnya melalui akun pribadinya, Elon Musk mengkritik keras tuduhan yang diarahkan kepada suku Marubo di Brasil. “The New York Times tidak sopan dan tidak baik mengatakan hal seperti itu tentang suku tersebut,” demikian bunyi pesan Musk yang diposting pada Rabu (12/6/2024).
“Baca juga: Revitalisasi Perikanan Maluku Melalui Teknologi Digitalisasi” [2]
Artikel yang diterbitkan oleh New York Times menggambarkan bagaimana layanan Starlink mempengaruhi kehidupan suku Marubo.[1] Beberapa orang tua dari suku tersebut mengeluhkan dampak negatif yang ditimbulkan pada remaja mereka. Termasuk ketergantungan pada ponsel, obrolan grup yang penuh gosip, dan tayangan pornografi yang diakses oleh anak-anak di bawah umur.
Namun, setelah publikasi artikel tersebut, berbagai media dari seluruh dunia menyebarkan klaim yang keliru bahwa suku Marubo telah terjerumus dalam kecanduan pornografi.[3] Sebagai tanggapan, New York Times kemudian mengklarifikasi bahwa tidak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa suku Marubo. Secara keseluruhan mengalami kecanduan pornografi. “Tidak ada tanda-tanda mengenai hal ini saat di hutan, dan tidak ada petunjuk mengenai hal ini dalam artikel The New York Times”. Seperti yang dilaporkan The New York Times pada Jumat (14/6/2024). Artikel tersebut hanya mencatat keluhan dari salah satu pemimpin Marubo terkait aktivitas beberapa anak yang berbagi konten pornografi melalui obrolan grup WhatsApp.
“Simak juga: Kemenkominfo Siap Mematikan Telegram Minggu Depan” 4
Starlink sendiri adalah proyek ambisius SpaceX yang bertujuan untuk menyediakan akses internet berkecepatan tinggi di daerah-daerah terpencil di seluruh dunia.[5] Sejak diluncurkan, Starlink telah memberikan bantuan signifikan bagi komunitas-komunitas yang sebelumnya tidak memiliki akses internet, memungkinkan mereka untuk terhubung dengan dunia luar.
Perdebatan yang terjadi menyoroti pentingnya pendekatan yang hati-hati dalam memperkenalkan teknologi internet ke komunitas-komunitas adat yang hidup di isolasi. Eliesio Marubo, seorang pengacara dan aktivis hak-hak masyarakat adat. Turut angkat bicara dalam perdebatan ini, menekankan perlunya mempertimbangkan dampak sosial dan budaya. Yang mungkin timbul dari kehadiran internet berkecepatan tinggi di lingkungan mereka.
Kontroversi ini tidak hanya menyoroti isu teknologi dan akses informasi. Tetapi juga mengajukan pertanyaan yang lebih dalam tentang bagaimana teknologi baru dapat diterima dan diimplementasikan secara bertanggung jawab di komunitas-komunitas yang berbeda di seluruh dunia.
[1] https://teknologi.bisnis.com/read/20240614/101/1774188/elon-musk-bantah-suku-terpencil-di-amazon-kecanduan-pornografi-karena-starlink
[2] https://infoinspiratif.com/berita/revitalisasi-perikanan/
[3] https://international.sindonews.com/read/1394045/42/suku-terasing-amazon-mengakses-internet-berkat-elon-musk-tapi-malah-kecanduan-pornografi-1718071583
[4] https://infolangsung.org/berita/kementerian-komunikasi-dan-informatika-kemenkominfo/
[5] https://inet.detik.com/cyberlife/d-7375894/suku-di-amazon-dikasih-internet-starlink-malah-buat-akses-porno