Awalan Berita – Wisatawan tetap terlihat bersantai meski sampah berserakan di sepanjang Pantai Kuta, Badung, Bali, saat liburan Natal pada Rabu (25/12/2024). Sepanjang garis pantai dipenuhi sampah kiriman, seperti kayu, bambu, dan plastik, yang terbawa arus laut akibat gelombang tinggi dan angin kencang. Kondisi ini telah terjadi sejak awal Desember 2024, menyusul cuaca ekstrem yang melanda kawasan pesisir tersebut.
Sampah-sampah kiriman itu menciptakan pemandangan memprihatinkan di salah satu destinasi wisata andalan Bali. Meski demikian, banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang tetap memanfaatkan momen liburan dengan menikmati pemandangan pantai dan suasana tropis khas Pulau Dewata. Mereka tampak duduk di atas tikar atau berjalan di pinggir pantai sambil menghindari tumpukan sampah.
Pihak terkait, termasuk Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung, telah berupaya membersihkan sampah secara berkala. Namun, volume sampah yang terus datang membuat proses pembersihan menjadi tantangan besar. Menurut laporan, lebih dari 50 ton sampah telah diangkut dari Pantai Kuta dalam beberapa minggu terakhir, dan jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah jika cuaca ekstrem berlanjut.
Fenomena sampah kiriman ini bukan hal baru bagi Pantai Kuta. Setiap musim penghujan, sampah dari aliran sungai dan lautan sering kali menumpuk di pantai akibat perubahan arah angin dan arus laut. Hal ini menimbulkan keprihatinan terhadap pengelolaan sampah di kawasan tersebut serta pentingnya kesadaran lingkungan untuk menjaga kebersihan pantai Bali.
Fenomena sampah kiriman di Pantai Kuta menjadi tantangan besar, terutama saat musim penghujan. Volume sampah yang datang tidak hanya berdampak pada estetika pantai, tetapi juga mengancam ekosistem laut dan kenyamanan wisatawan. Selain itu, sampah plastik yang mencemari lautan dapat membahayakan biota laut seperti ikan, penyu, dan burung yang sering menjadikan kawasan pantai ini sebagai habitat.
“Baca Juga : 1500 Napi Kabur Usai Bentrokan Mematikan di Penjara”
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung, pembersihan sampah memerlukan koordinasi yang intensif antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan komunitas masyarakat. Setiap hari, ratusan petugas dikerahkan untuk mengangkut sampah, sementara alat berat seperti eskavator digunakan untuk membersihkan tumpukan sampah besar seperti kayu dan bambu.
“Kami bekerja siang malam untuk memastikan Pantai Kuta tetap layak dikunjungi wisatawan. Namun, kerja ini harus didukung oleh kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Terutama di sungai-sungai yang bermuara ke laut,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Badung.
Selain upaya pemerintah, beberapa komunitas lokal juga aktif menggalang aksi bersih-bersih pantai. Mereka mengundang wisatawan dan masyarakat setempat untuk ikut serta dalam kegiatan gotong royong membersihkan sampah. Kegiatan ini tidak hanya membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga meningkatkan kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Pelaku usaha di sekitar Pantai Kuta, seperti pengelola hotel dan restoran, juga turut memberikan kontribusi. Mereka mendukung program pengelolaan sampah dengan menyediakan tempat pembuangan yang terorganisir dan mendukung kampanye minim sampah plastik di kawasan wisata.
Fenomena sampah kiriman ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan sampah yang lebih baik, baik di tingkat lokal maupun nasional. Pemerintah diharapkan dapat memperkuat regulasi terkait pengelolaan sampah plastik, terutama di daerah hulu seperti sungai dan permukiman.
Wisatawan juga diimbau untuk turut menjaga kebersihan pantai dengan tidak meninggalkan sampah sembarangan. Dengan kolaborasi semua pihak, diharapkan Pantai Kuta dapat kembali bersih dan nyaman. Sehingga tetap menjadi destinasi wisata favorit di Bali yang membanggakan Indonesia.
“Baca Juga : Aksi Simpatik 20 Tahun Tsunami Aceh, Ditlantas Bagikan Bunga”