Zelensky Didesak Mundur Setelah Konflik dengan Trump, Siapa Penggantinya?
Awalan Berita – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendapatkan desakan untuk mundur setelah terjadi cekcok dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Wakil Presiden J.D. Vance di Gedung Putih pada kunjungannya ke Washington pekan lalu. Insiden yang menjadi sensasi global ini membuat Zelensky dan delegasi Ukraina dilaporkan diusir dari Gedung Putih.
Hubungan antara Trump dan Volodymyr memang sudah tegang sebelum pertemuan tersebut. Trump sebelumnya menyebut Volodymyr sebagai diktator karena Kyiv tidak menyelenggarakan pemilu selama perang dan tidak berencana melakukannya. Selain itu, Washington juga menuntut Ukraina untuk menerima beberapa konsesi dalam perundingan damai yang diadakan antara AS dan Rusia tanpa perwakilan Ukraina.
Zelensky meninggalkan Gedung Putih lebih awal dari yang dijadwalkan dan tidak menandatangani kesepakatan mengenai mineral tanah jarang yang sebelumnya telah dipersiapkan. Staf Gedung Putih menyebutkan bahwa Zelensky dan delegasi Ukraina diusir setelah insiden yang disiarkan langsung. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dilaporkan meminta mereka untuk meninggalkan Gedung Putih.
Setelah insiden tersebut, Trump menyatakan bahwa akan sulit untuk melanjutkan hubungan dengan Zelensky dalam kondisi seperti ini. Komentar Trump memicu desakan dari sekutu-sekutu Trump agar Zelensky mundur. Senator AS Lindsay Graham, salah satu sekutu Trump, mengatakan bahwa jika Zelensky tidak bisa memperbaiki hubungan dengan AS, Ukraina perlu mencari pemimpin baru. “Ini adalah kesempatan yang hilang,” kata Graham, “Ukraina harus mencari orang baru jika Zelensky tidak bisa berubah.”
“Baca Juga : Klasemen Sementara MotoGP Thailand 2025: Marquez Memimpin!”
Ketua DPR Partai Republik, Mike Johnson, mengatakan pada Minggu, 2 Maret 2025, dalam acara Meet the Press di NBC News bahwa perubahan perlu dilakukan agar perdamaian tercapai. Johnson menyatakan, “Entah Zelensky harus sadar dan kembali ke meja perundingan dengan rasa terima kasih, atau orang lain perlu memimpin negara untuk melakukannya.” Ia juga menambahkan bahwa pemerintah AS dan Partai Republik memahami ancaman yang ditimbulkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, juga berbicara pada hari yang sama. Mengungkapkan bahwa Ukraina membutuhkan “pemimpin yang dapat berurusan dengan kita, berhadapan dengan Rusia, dan mengakhiri perang ini.” Waltz menekankan bahwa jika Zelensky memiliki motivasi pribadi atau politik yang berbeda dengan tujuan mengakhiri perang, maka itu menjadi masalah besar.
Salah satu nama yang muncul sebagai pengganti Volodymyr adalah Valery Zaluzhny, duta besar Ukraina untuk Inggris saat ini. Sebelum menjabat sebagai diplomat, Zaluzhny adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata Ukraina. Dari 2021 hingga 2024 dan memimpin pertahanan Kyiv terhadap invasi Rusia. Pada 2024, Volodymyr memberhentikan Zaluzhny dari jabatannya dan menugaskannya kembali. Sebuah keputusan yang memicu kontroversi karena ketegangan terkait strategi perang dan tantangan mobilisasi.
Ukraina kini mungkin menghadapi tekanan untuk mengadakan pemilu sebagai syarat untuk mendapatkan bantuan militer dari Washington. Namun, Zelensky menegaskan bahwa ia tidak akan mengundurkan diri. “Keputusan ini hanya dapat dibuat oleh rakyat Ukraina,” kata Zelensky kepada Fox News. Menambahkan bahwa hanya rakyat Ukraina yang memiliki hak untuk memilih pemimpin mereka.
“Baca Juga : Klasemen Sementara MotoGP Thailand 2025: Marquez Memimpin!”