Awalan berita – Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri, mengangkat isu serius terkait kondisi industri manufaktur Indonesia yang terus merosot. Dalam diskusi publik di Jakarta pada Selasa (17/7/2024), Faisal menyoroti kurangnya responsivitas Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh sektor industri.
Faisal Basri menyampaikan kekecewaannya terhadap kinerja Menperin. Yang menurutnya lebih banyak terlibat dalam kegiatan kampanye politik sebagai petinggi partai Golkar daripada menangani persoalan krusial di industri. “Industri manufaktur kita sedang dalam masalah serius, tetapi menteri yang seharusnya mengurusinya malah lebih fokus pada politik,” tegasnya.
“Baca juga: Kasus Korupsi Gerobak UMKM, Penetapan Tersangka dan Pengembangan Kasus”
Salah satu indikator langsung dari kegagalan kebijakan yang disoroti oleh Faisal adalah bangkrutnya banyak perusahaan di sektor keramik dan tekstil. “Bukan hanya keramik, industri tekstil juga mengalami masalah serupa. Banyak perusahaan gulung tikar tanpa ada solusi yang konkret dari pemerintah,” ujarnya dengan nada kritis.
Faisal Basri juga mengomentari rekomendasi yang diberikan oleh Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) terkait pengenaan bea masuk anti dumping yang tinggi terhadap produk keramik impor dari China. Menurutnya. Kebijakan ini tidak sesuai dengan kondisi ekonomi global dan tidak akan membantu memperbaiki kondisi industri dalam negeri yang sedang terpuruk.
“Simak juga: Cak Imin, PKB 2024 Menjadi Pilihan Strategis dari Akar Rumput hingga Kalangan Elite”
Lebih lanjut, Faisal Basri menjelaskan bahwa kondisi industri manufaktur Indonesia sedang mengalami tantangan berat. Bukan hanya dalam sektor keramik, tetapi hampir seluruh sektor manufaktur mengalami pertumbuhan yang stagnan atau bahkan negatif. “Situasi ini tidak hanya berdampak pada industri keramik, tetapi juga industri-industri lainnya. Kita melihat tren negatif dalam sebagian besar sektor manufaktur selama beberapa tahun terakhir,” paparnya.
Dengan pernyataan tajamnya, Faisal Basri memanggil pemerintah untuk bertindak lebih serius dalam mendukung revitalisasi industri manufaktur. “Kita perlu kebijakan yang lebih proaktif dan mendalam untuk mendukung industri dalam negeri. Agar dapat bersaing di pasar global yang semakin kompetitif.” Tutupnya dengan harapan akan perubahan positif dalam kebijakan ekonomi nasional.